Ombudsman Kalsel Ingatkan Sekolah: Perpisahan Tak Wajib, Jangan Bebani Orang Tua
DIPLOMAT TERPERCAYA, BANJARMASIN – Kepala Perwakilan Ombudsman RI Provinsi Kalimantan Selatan, Hadi Rahman, menegaskan agar seluruh sekolah, khususnya jenjang SMA dan SMK di Kalsel, mematuhi Surat Edaran (SE) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalsel Tahun 2025 terkait pelaksanaan acara perpisahan.
Dalam SE tersebut ditegaskan bahwa acara perpisahan bukanlah kegiatan wajib, dan tidak boleh membebani peserta didik maupun orang tua/wali murid secara finansial. Acara dianjurkan dilakukan secara sederhana, bermakna, dan berlangsung di lingkungan sekolah.
“Surat Edaran ini wajib jadi pedoman. Ini adalah bentuk komitmen dan tindak lanjut atas korektif Ombudsman terkait praktik pungutan dalam kegiatan perpisahan tahun lalu,” kata Hadi Rahman, Selasa (13/5/2025).
Pada tahun 2024, Ombudsman Kalsel menerima sejumlah laporan masyarakat terkait penggalangan dana dengan nominal tertentu dan waktu yang ditentukan, yang disebut sebagai pungutan terselubung atas nama perpisahan sekolah.
“Kami pernah berikan tindakan korektif: sekolah tidak boleh membebankan pungutan dan Disdikbud harus memastikan seluruh satuan pendidikan mematuhi hal tersebut,” tegas Hadi.
Ia mengingatkan bahwa perpisahan membawa nama sekolah, sehingga tanggung jawab atas konsep acara, tempat, dan pembiayaan tetap berada pada pihak sekolah agar kegiatan tetap terkontrol dan tidak lepas kendali.
Hadi juga meminta Dinas Pendidikan aktif melakukan pengawasan dan membuka layanan pengaduan masyarakat, serta menindaklanjuti potensi pelanggaran sesuai aturan hukum.

Syamsul Khair: Perpisahan Tak Harus Mewah, Jangan Paksa Orang Tua
Advokat Syamsul Khair, S.H., yang dikenal sebagai pemerhati dunia pendidikan, mendukung penuh sikap Ombudsman. Ia menilai bahwa kegiatan perpisahan di luar sekolah yang memungut biaya besar tidak pantas dan berpotensi menimbulkan tekanan sosial bagi orang tua murid.
“Tidak semua orang tua mampu membayar biaya perpisahan, apalagi jika sifatnya tidak sukarela. Bisa jadi mereka merasa terpaksa hanya karena tidak ingin anaknya malu tidak ikut,” ujarnya.
Khair menambahkan bahwa setelah lulus SMA, banyak orang tua justru harus mempersiapkan biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, ia meminta sekolah lebih bijak dalam membuat kebijakan kegiatan akhir tahun.
“Jangan sampai perpisahan justru menyulitkan keluarga siswa. Kegiatan itu harus disesuaikan dengan kemampuan semua pihak,” pungkasnya.(*)
Tinggalkan Balasan